Selasa, 04 Oktober 2011

Kritik, Tanda Sebuah Kesetiaan


Pernahkah anda dikritik ?. Bila pernah, kapan ? dan bagaimanakah rasanya ?. tentu tidak mengenakan bukan ? sakit dan benar-benar sakit rasanya. Apalagi jika disampaikan di depan banyak orang dengan kata-kata yang kasar. Rasanya dunia ini seperti runtuh. Kita seperti kehilangan muka dan hancur harga diri. Muka memerah dan malunya bukan kepalang. Tetapi tidak semua kritik itu benar. Tidak semua omongan orang itu baik untuk kita. Ada yang menyesatkan dan ada pula yang sengaja memancing emosi kita untuk mengotori kehidupan kita. Oleh karena itu, sebaiknya kita berhati-hati dan jangan sampai kita terpancing.
Kritik ditujukan kepada semua sisi. Tidak peduli apakah itu hal yang baik ataupun hal yang buruk. Segala sesuatu yang baik tidak luput dari kritikan apalagi yang buruk akan banyak mengundang kritikan pedas berupa hujatan ataupun makian. Banyak cara orang menyampaikan kritik, dari yang paling ringan berupa guyonan, sindiran yang menyayat hati. Bahkan bisa sampai berupa makian, cemoohan dan cacian yang menghancurkan harga diri.
Tetapi perlu diingat jangankan kita sebagai manusia yang sering terpeleset dalam kesalahan dan kekhilafan, Allah Sang Pemurah saja sering mendapatkan kritikan dari orang-orang yang bodoh lagi pandir. Meskipun kita selalu melakukan perbaikan, memberi dan mencoba untuk membangun kritikan takan pernah usai menerpa kita. Kritikan takan pernah berhenti menusuk hati kita sebelum jasad masuk liang lahat, sebelum jiwa naik ke tangga langit.
Kritik ada yang disampaikan dengan tujuan membangun dan pula yang disampaikan untuk sekedar menjatuhkan. Terkadang orang mengkritik dengan maksud baik, dengan cara memberikan masukan. Tetapi cara penyampaian yang kurang tepat dapat menjadikan kritik tidak sebaik tujuannya. Jika kritik itu disampaikan dengan cara yang tidak santun meskipun tujuannya baik tentu orang akan tersinggung dan marah. Baik buruknya sebuah kritik dapat dilihat dari isi kandungannya dan adab dalam mengkritik.
Bagi DR. Aidh al-Qarni kritik adalah suatu bentuk ungkapan penghormatan karena tingginya derajat seseorang. Semakin tinggi derajat dan posisi yang kita duduki maka akan semakin pedas kritikan yang akan kita hadapi. Artinya orang-orang akan semakin peduli dan memperhatikan kita. Segala sikap dan perilaku kita akan terkontrol dan terkoreksi oleh kritikan-kritikan itu. Seperti kata pepatah: ‘semakin tinggi pohon maka akan semakin besar angin yang menerpa’. Tingginya jabatan dan besarnya pengaruh seseorang akan turut menentukan pahitnya kritik yang diterima. Orang yang memiliki pengaruh besar dan mempunyai jabatan tinggi, semisal presiden, pasti akan menuai kritikan yang paling tidak mengenakan. Berbeda dengan rakyat, kritik yang diterimanya jauh lebih ringan.
Kritik hadir sebagai masukan yang menjadikan diri lebih bijak. Dengan adanya kritikan, kita mempunyai banyak referensi untuk menimbang rasa, kita akan mengetahui segala kekurangan kita. Orang-orang pengkritik datang dengan sejuta pustaka untuk dijadikan bahan dalam mengoreksi hidup kita. Segala kelemahan dan kekurangan akan banyak terungkap. Dan kita mempunyai kesempatan untuk mengubah kekurangan menjadi kelebihan.
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Kritik dengan kesetiaan bukanlah dua konsep yang menghilangkan. Sesuai dengan sifat manusia yang rasional menghadirkan kritik sebagai bentuk loyalitas untuk mengejar kebenaran hakiki. Bukan membiarkan teman, saudara atau atasan kita tercerembab jatuh pada kesalahan. Kritik juga dapat menguatkan pengetahuan yang dianggap benar seperti konsep yang disuguhkan oleh Nietzsche dengan ‘prinsip transvaluasi dan the will to power-nya’.
Transvaluasi adalah suatu bentuk pandangan yang membaca dari sisi kebalikan yang telah kita ketahui. Dalam konteks ini segala pandangan akan terkoreksi dengan sendirinya. Selain itu, Prinsip The Will to Power adalah bentuk pengakuan terhadap pandangan lain yang merupakan bentuk gentleman seorang intelek dalam menghadapi lawan bicaranya. Namun perlu ditegaskan disini bahwa kedua prinsip ini akan mempertegas dan memperjelas baik buruknya pandangan kita. Tetapi bisa juga justru menyelamatkan kita dari kesalahan pandangan yang kita pegang.
Kritikus adalah seorang peneguh sekaligus penyelamat. Mereka akan semakin menyakinkan atas keraguan dikarenakan pemahaman kita yang kurang mendalam. Mereka juga ibarat sirene yang akan berbunyi jika dalam keadaan bahaya. Kritik segera datang jika kita akan melakukan kesalahan. Ia sebagai kontroler yang setia pada hidup kita. Berterima kasih lah pada orang yang setia mengkritik kita karena ia telah mengingatkan kita dengan cara-cara yang elegan. Berterima kasih lah pada orang yang setia mengkritik kita karena ia telah mengajarkan kita bagaimana caranya hidup yang lebih bijak. Tiada orang yang lebih setia pada kita kecuali para kritikus yang etis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar