Begitu banyak hamba yang hafal tujuan hidup dan mengerti adanya kehidupan ini. Namun hatinya gelisah dan kehilangan makna sejati. Kemana arah hidup ini ?. Untuk apa semua ini kita lakukan ?. dan mengapa tidak ada kedamaian. Masih terus dipertanyakan. Manusia menjadi bosan. Berteriak dan bergerak membabi buta mengusir kebosanannya. Shalatnya tak berarti apa-apa, tidak dapat menolong eksistensi hidupnya. Pikiran tak tenang dan hati tak tentram. Padahal shalat adalah obat mujarab penyejuk hati. Cara manusia mencari ketenangan dan memohon pertolongan.
Manusia menjadi keji dan kejam pada diri sendiri. Menyiksa diri dari yang dhahir sampai yang batin Menebar kemungkaran menindas yang lain. Keluarga, teman dekat bahkan orang tuanya sendiri mejadi sasaran yang padahal ia sendiri tidak menginginkannya. Hanya ada satu jalan. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan kekejian dan kemungkaran pada diri sendiri dan orang lain. Yaitu dengan cara menegakan badan manusia dalam untaian gerakan shalat. Dan juga menegakan hati manusia dalam perjalanan indahnya shalat menuju Sang Malik.
Gerakan-gerakan Shalat merupakan symbol-simbol ibadah yang mengandung banyak makna. Memahami makna disetiap gerakannya adalah bentuk penyertaan hati dalam gerakan lahir. Doa yang keluar dari mulut harus diikuti ketulusan doa di dalam hati. Saat raga ini ruku, maka hati seorang hambapun ikut ruku. Ketika kepala ini sujud tersungkur dihadapan-Nya, maka hati kitapun sujud merendah di tempat terendah dibawah kuasa-Nya. Inilah shalat yang sesungguhnya. Shalat tidak sekedar ritual belaka. Namun penuh dengan pemaknaan yang mendalam.
Menurut Imam Ghazali makna batin dalam shalat memiliki banyak ungkapan, namun terangkum dalam enam perkara, yaitu kehadiran hati, taffahum (kepahaman), ta’dzim (rasa Hormat), haibah (rasa takut yang bersumber dari hormat), raja’ (penghayatan) dan haya (rasa malu).
Ruh Shalat adalah kehadiran hati. Pikiran tidak terpaling dari apa yang dilakukan dan hatinya tetap mengingat akan apa yang tengah dihadapinya atau dilakukannya. Kehadiran hati bukanlah sebuah keterpaksaan tetapi sebuah keterpanggilan pada perhatian utama.
Kapahaman. Hamba yang sedang shalat mengetahui maksud setiap gerakan dan ucapan yang dilakukannya.
Rasa Hormat. Rasa hormat akan hadir dengan sendirinya bila seorang hamba berma’rifat terhadap keagungan dan kemuliaan Allah.
Rasa takut dari rasa hormat. Keadaan jiwa yang lahir dari ma’rifat akan kekuasaan, hukuman dan pengaruh kehendak-Nya pada seorang hamba.
Harap. Seorang hamba mengharap dari adanya janji-janji Allah dan pengetahuan tentang kelembutan-Nya, keindahan ciptaan-Nya, dan keluasan ciptaan-Nya.
Pembuka Shalat
Pembuka Shalat adalah bersuci. Rasulullah saw bersabda : “ Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam. (HR. Abu Daud At Tarmidzi)
Bersuci sebelum shalat ialah dengan berwudhu. Rasulullah bersabda : “ Apabila seorang hamba berwudhu, lalu berkumur, maka dikeluarkanlah (dihapuskan ) kesalahan-kesalahan itu dari mulutnya. Apabila memasukan air ke rongga hidung, maka keluarlah kesalahan-kesalahan itu dari hidungnya. Apabila ia membasuh wajahnya, maka keluarlah kesalahan-kesalahan yang ia perbuat dari wajahnya, sehingga kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi keluar dari bawah tempat tumbuhnya rambut dari kedua matanya. Apabila ia membasuh dari kedua tangannya, maka kelaurlah kesalahan-kesalahan itu dari kedua tangannya, sehingga kesalahan yang pernah terjadi keluar dari bawah (celah) kukunya. Apabila ia mengusap kepalanya, maka keluarlah kesalahan itu dari kepalanya, sehingga kesalahan-kesalahan tersebut keluar dari telinganya. Apabila membasuh kedua kakinya, maka keluarlah kesalahan tersebut dari dari kedua kakinya, sehingga kesalahan yang pernah dilakukan keluar dari bawah kuku-kuku kedua kakinya. Kemudian perjalanannya ke masjid merupakan nilai ibadah tersendiri baginya ( H. R. Imam Malik, An Nasai, Ibnu Majah dan Al Hakim ).
Wudhu adalah proses penyucian dhahir dan batin dari segala kesalahan dunia dan akherat, untuk menghadap Allah dengan cara membasuh anggota badan tertentu -yang ditetapkan Syara-, dengan mengunakan air suci dan mensucikan. Wudhu tidak hanya diperuntukan bagi dhahirnya saja tetapi juga batin seorang hamba disucikan dalam setiap gerakan wudhu.
Menghadap Kiblat
Firman Allah ;
“ dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah masjidil haram.” ( Q.S. 2: 149 ).
Shalat haruslah menghadap kiblat. Karena ini adalah syarat sah shalat. Jika tidak mengetahui arah shalat maka bertanya pada orang yang mengetahui. Apabila tidak ada orang yang mengetahui maka hendaklah berijtihad. Dalam keadaan seperti ini shalatnya akan tetap sah.
Saat akan melakukan shalat terlebih dahulu seorang hamba berdiri menghadap ke kiblat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Badan tegak dan lurus ditopang dengan kaki dengan kokohnya. Muka menunduk penuh rasa kagum dan patuh. Kepala menghadap tempat sujud. Tangan rileks sambil bernafas dengan tenang alami tanpa keterpaksaan. Melupakan semua urusan duniawi, yang ada hanyalah Allah semata.
Kiblat ditentukan oleh Allah untuk menyatukan umatnya (sir al wahdah). Ini mengandung makna mendalam tentang konsep menjaga persatuan dan kesatuan umat islam. Namun makna mengadap Allah tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu, karena hamparan di bumi adalah tempat menghadap Allah (QS. 2: 115).
Niat
Niat adalah ketetapan hati untuk melaksanakan ketaatan, baik karena pengharapan atau ketakutan. Dalam niat berarti kesengajaan untuk mengerjakan, menghambakan diri kepada Allah serta menguatkannya di dalam hati.
Niat itu tidak hanya diucapkan tetapi harus merasuk ke dalam hati. Tindakan ini merupakan ungkapan ketulusan untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan. Amalan shalat tidak sah apabila tanpa niat. Rasulullah bersabda; “semua amalan bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya”. (HR. Bukhari, muslim)
Dengan niat berarti tubuh dan ruh seorang hamba telah berdiri. Shalatlah dengan penuh keikhlasan, penuh pengharapan akan ampunan dan pahala-Nya.
Gerakan shalat dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Di dalam gerakan itu terdapat banyak makna yang mendalam dalam symbol-simbol gerakan. Gerakan-gerakan itu harus dipahami seorang hamba agar batin dan raganya bergerak seirama dalam memuji dan memohon kepada Sang Raja diraja. Sehingga seorang hamba memanen manfaat keberkahan yang tiada bandingnya.
Takbiratul ihram
Takbiratul ihram dilakukan dengan cara mengangkat tangan hingga sejajar dengan telinga sambil mengucapkan lafadz takbir “Allahu Akbar”. Ketika mengucap Allahu Akbar hati seorang hamba menutup semua dari selain Allah. Menutup semua pendengaran, yang ada hanya keaysikan menghadap sang Kuasa. Yakin seyakin-yakinnya akan keagungan Maha Raja pencipta alam raya. Tidak ada yang dapat dijadikan tempat bergantung dan memohon belas kasihan, kecuali Allah.
Imam asy Shadiq berkata :
“ Jika engkau bertakbir, maka anggaplah semua yang ada di antara langit dan bumi sebagai remeh, kecuali kebesaran-Nya. Karena jika Allah melihat hati hamba yang sedang bertakbir, sementara di dalamnya terdapat sesuatu yang memalingkannya dari hakikat takbir, maka Dia berkata : “Wahai pendusta, apakah engkau akan menipuku ? Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku haramkan bagimu manis berzikir kepada-Ku, kutabiri engkau dari kedekatan kepada-Ku, dan dari munajat kepada-Ku.”
Setelah bertakbir, seorang hamba kemudian bersedekap. Tangan kanannya di atas tangan kiri. Dengan penuh harap dan cemas. Wajah dhahirnya menghadap kiblat namun wajah hatinya menghadap ke Allah dengan mengagumi kekuasaan-Nya.
Semua harta, jabatan dan kekuasaannya, semuanya dilepaskan dari pikiran. Seorang hamba mengakui semuanya berasal dari Allah dan tidak ada yang pantas untuk dibanggakan di hadapan-Nya. Yang ada hanya berpasrah memohon belas kasihan agar tetap dibimbing dalam jalan ridho-Nya. Seorang hamba mengakui bahwa apapun yang ia kerjakan di dunia ini hanya semata-mata mencari ridhlo Allah. Hidupnya bukan untuk mencari kesenangan duniawi tetapi untuk mengabdi kepada Allah semata.
Ruku
Ruku ialah membungkukan badan dengan cara mengangkat tangan dengan bertakbir kemudian kedua tangannya memegang lutut. Antara punggung dan kepala rata. Dengan kata lain, permukaan badan dan kepala sama rata. Ketika seorang hamba melakukan ruku posisi hati dan akal sama rata. Posisi ini menyimbolkan bahwa pikiran manusia dan petunjuk Allah saling membantu dan bekerja sama secara sejajar.
Ruku adalah adab, dan sujud adalah kedekatan. Sebelum sujud melakukan ruku terlebih dahulu. Apabila adabnya bagus maka seorang hamba layak untuk sujud. Barangsiapa tidak membaguskan ruku maka ia tak layak untuk sujud. Maka ruku harus dengan khusu’ penuh kerendahan diri dan kerendahan hati. Punggung harus rata dan menjaga diri dari bisikan syetan.
I’tidal (berdiri dari ruku)
I’tidal adalah bangkit dari ruku dengan mengangkat punggung dan kepala ke posisi semula. Saat ruku, seorang hamba menyadari bahwa “tiada daya dan upaya kecuali dari Allah.” Semua gerakan merupakan anugerah dari Allah. Tanpa anugerah manusia tidak akan mampu berbuat apa-apa. Termasuk shalat untuk menghadap-Nya.
Kemudian seorang hamba yang bangkit dari ruku dengan memuji Allah yang maha mendengar. Manusia kembali memohon limpahan rahmat sambil hati dan lisannya terus memuji dengan pujian yang terbaik.
Sujud
Sujud ialah meletakan dahi dan hidung ketempat sujud setelah telapak tangan lutut dan jari jemari dengan tu’maninah. Saat sujud, posisi kepala (rasio) lebih rendah daripada posisi hati (petunjuk Allah). Dengan kata lain, petunjuk Allah lebih utama daripada pemikiran manusia. Manusia harus tunduk dengan ketetapan Allah. Akal yang merupakan anugerah harus dijadikan instrumen untuk menjalankan perintah-Nya.
Sujud adalah posisi yang sangat dekat dengan sang Pencipta. Tidak ada yang lebih dekat dengan Allah kecuali orang-orang yang memperbaiki kedekatannya saat sujud. Tiada dekat dengan Allah bagi orang-orang yang menyia-nyiakan kemulian dan beradab buruk saat sujud. Manusia harus sujud dengan hati dan pikirannya karena manusia menyadari bahwa dia berasal dari tanah yang selalu diinjak-injak oleh mahluk. Dan bahwa Allah mengambilnya dari nutfah yang kotor kemudian menciptakannya dari ketiadaan.
Duduk di antara dua sujud (duduk iftirasy)
Duduk di antara dua sujud dilakukan setelah sujud pertama dan sebelum sujud kedua. Kaki kiri dihamparkan dan kaki kanan ditegakkan. Duduk iftirasy ada di tiap-tiap rakaat.
Pada posisi ini seorang hamba melakukan permohonan yang terkandung dalam doa dengan penuh kerendahan hati. Seorang hamba memohon ampunan atas segala kesalahan, memohon belas kasihan dengan meminta kecukupan atas segala kekurangan. Memohon diangkat derajat dari kehinaan, memohon keberkahan rezeki, kemudian memohon petunjuk agar tidak congak dan sombong atas rezeki yang diberikan. Mengharap kesehatan dan memohon ampunan kepada Allah yang maha pengampun.
Tasyahud awal dan akhir
Duduk tasyahud awal ialah dengan cara duduk diatas kaki kirinya. Dan duduk tasyahud akhir ialah dengan cara sedikit memajukan kaki kirinya sehingga duduk di atas lantai. Kedua tangan diletakan di atas lututnya dan mengangkat telunjuk tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya dihamparkan di atas lutut.
Tasyahud adalah posisi dimana seorang hamba mengakui dan menyatakan kehambaannya di hadapan Allah sang Pencipta. Seorang hamba menyadari bahwa Allah lah yang menciptakan kita semua di alam semesta ini. Dan seorang hamba menunjukan penghambaanya secara lahir maupun batin. Dengan hati dan fikirannya. Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi Allah dengan tulus disampaikan dalam posisi itu.
Ar Rahman dikenal dan disembah melalui nabi. Nabi mengenalkan Allah pada umatnya dan menjadi teman dalam berma’rifat kepada-Nya. Pribadi nabi hadir dalam shalat, seorang hamba mengucap salam dengan memohonkan keselamatan, rahmat dan keberkahan kepada-Nya. Seorang hamba yakin, Allah membalas salam dengan balasan yang terbaik.
Posisi ini seorang hamba juga mengucap salam untuk orang-orang yang shaleh. Memberikan penyaksian wahdahniyahnya Allah dan kerosulan nabi. Kemudian di akhiri dengan doa-doa permohonan.
Salam
Memberi salam ialah dengan cara menoleh ke kanan dan ke kiri sampai terlihat pipi kanannya dan pipi kirinya. Salam adalah pertanda berakhirnya shalat. Pembebas dari apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam shalat.
Salam dengan menengok ke kanan adalah salam yang diberikan kepada malaikat dan hamba-hambanya yang shaleh. Salam adalah kata yang dititipkan Allah kepada umatnya. Salam bermakna aman. Bahwa setiap permohonan telah aman dari hijab yang menutupinya.
Shalat adalah bentuk tegur sapa indah dengan Allah yang maha lembut. Sebuah perjalanan berjumpa dengan raja yang maha sempurna. Sebuah obrolan mesra yang penuh dengan kenikmatan. Tidak ada yang mampu menandingi kenikmatan hakiki dekat dengan Allah azza wa jalla.
Seorang hamba yang mampu melakukan shalat dengan baik akan menjadi wali Tuhan di muka bumi. segala pikiran dan sikapnya merupakan cerminan sifat-sifat mulia Sang Pemurah. Indah dipandang mahluk lain. Menawan disawang alam semesta. Menjadi cahaya dalam kegelapan. Menjadi penentram dalam kegundahan. Semua kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh indah untuk didengar. Tindakannya begitu lembut dan selalu dalam bimbingan Sang Maha Lembut. Itulah cerminan insan yang sukses dalam shalatnya. Sukses dalam shalat adalah sukses dunia dan akherat. Semoga kita sukses dalam Shalat. Amienn… !!